Minggu, 31 Maret 2019

KERANGKA KONSEP DAN PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN

KERANGKA KONSEP DAN PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
(The Basic Principles, Perkembangan Teori Manajemen, Proses Manajemen)

Disusun oleh:
Abdul Fatah, M.Pd.



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini manajemen sebagai ilmu begitu populer sehingga banyak kajian yang difokuskan pada manajemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah, maupun pembukaan program studi. Program studi manajemen meliputi manajemen ekonomi, manajemen sumber daya manusia, manajemen pendidikan, dan sebagainya.
Awal mulanya, tema manajemen hanya populer dalam dunia perusahaan atau bisnis. Kemudian, tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan Islam (keagamaan).
Optimisme dalam mengembangkan Sekolah/Madrasah Model sebagai bentuk upaya meningkatkan mutu pendidikan, selain implementasi melalui peningkatan fasilitas belajar juga dilakukan dengan meningkatkan manajemen. Dengan begitu, manajemen dijadikan resep dalam mengatasi masalah dan kemudian mengembangkan lembaga pendidikan, khususnya dalam konteks ini, lembaga pendidikan Islam (madrasah).[1]
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.    Apa sajakah The Basic Principles manajemen?
2.    Bagaimanakah perkembangan teori manajemen?
3.    Bagaimanakah proses manajemen tersebut?




BAB II
PEMBAHASAN
A.      The Basic Principles Manajemen
Secara sederhana prinsip-prinsip menejemen berarti dasar-dasar dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen.  Atau juga dapat disebut sebagai teori rancangan (Design Theory), yang dapat digunakan oleh seorang perencana organisasi seperti halnya seorang insinyur menggunakan teori dalam hal mendesign sebuah mesin.[2]
Prinsip-prinsip dalam manajemen menurut Hikmat (2009) adalah sebagai berikut:
1.      Prinsip Efisiensi dan Efektivitas
Efisiensi dan efektivitas merupakan bagian dari prinsip-prinsip manajemen. Titik tolak pelaksanaan manajemen dalam organisasi memanfaatkan semua sumber, tenaga, dana, dan fasilitas yang ada secara efisien. Fungsi-fungsi manajemen dioperasionalisasikan dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana yang seirama dengan keadaan dan kemapuan organisasi, artinya dengan menghemat biaya dan memperpendek waktu pelaksaan kegiatan, tetapi hasil yang diperoleh tetap optimal.[3]
2.      Prinsip Pengelolaan
Manajer yang baik adalah manajer yang bekerja dengan langkah-langkah manajemen yang fungsional, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol. Dengan demikian, target yang dituju dengan mudah dapat dicapai dengan baik.
Perencanaan yang dilakukan berpijak pada visi dan misi yang jelas sehingga program-program yang dijadwalkan dibuat secara hierarkis atau sistematis dan mendahulukan skala prioritas sebagaimana mengatur dan menjadwalnya program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek. Program jangka pendek dilaksanakan sekaligus sebagai awal dari program jangka menengah, sedangkan pelaksanaan program jangka menengah dilaksanakan sebagai awal menuju program jangka panjang. Dengan demikian, semua pelaksanaan program terdapat saling memengaruhi dan menunjang dalam mencapai target.[4]
3.      Prinsip Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Manajer adalah orang yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Internal artinya melaksanakan proses pengadministrasian semua aktivitas organisasi yang merupakan tugas utama manajer, sedangkan eksternal adalah pelayanan manajerial terhadap semua kepentingan publik yang berkaitan dengan aktivitas manajemen di luar kelembagaan.[5]
4.      Prinsip Kepemimpinan yang Efektif
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tidak menyalahkan bawahan, melainkan mengingatkan dan menyarankan, demikian pula bawahan yang baik tidak pernah menggugat dan gusar kepada atasan, melainkan meluruskan dan menyadarkan sepanjang masih dalam konteks profesionalitas yang ada di atas aturan yang disepakati.
5.      Prinsip Kerja Sama
Prinsip kerja sama didasarkan pada pengorganisasian dalam manajemen. Semua tugas dan kewajiban manajer tidak diborong oleh satu orang, melainkan dikerjakan menurut keahlian dan tugasnya masing-masing. Dengan demikian, beban kerjanya tidak menumpuk di satu tempat, sedangkan ditempat lain tidak ada yang harus dikerjakan. Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab seharusnya dipolarisasi berdasarkan prinsip profesionalitas sehingga kerja sama yang dibangun tidak berbelit-belit. Kerja sama diantara karyawan berjalan sinergis dan mempermudah pelaksanaan tugas organisasi.[6]
Adapun prinsip-prinsip manajemen menurut Nanang Fattah (1998) adalah sebagai berikut:[7]
1.    Management By Objectivitas (MBO)
Management By Objectivitas (MBO) merupakan teknik manajemen yang membantu memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Dengan MBO dilakukan proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
2.    Management By Subject (MBS)
Management By Subject (MBS) merupakan suatu konsep manajemen modern yang mengkaji keterkaitan dimensi prilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan perubahan dan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan pengembangan yang muncul sebagai akibat tuntuta lingkungan internal maupun eksternal, membawa implikasi terhadap perubahan prilaku dan kelompok dan wadahnya.
3.    Managemen Information System (MIS)
Management Information System (MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan infomasi untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai.
B.       Perkembangan Teori Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran (role) atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi, produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman empirik, 2) adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui kemungkinan adanya penolakan.[8]
1.      Teori Manajemen Klasik
a.       Pendahulu/Pionir Teori Manajemen Klasik
1)   Robert Owen (1771—1858)
Robert Owen merupakan manajer dan pemilik beberapa pabrik kapas (cotton) di Inggris. Pada waktu itu, kondisi kerja di pabrik sangat buruk. Owen sampai pada kesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaru (reformer). Ia melihat peranan pekerja yang cukup penting sebagai aset perusahaan. Pekerja bukan hanya merupakan input, tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Selanjutnya, dia memperbaiki kondisi kerja pekerjanya dengan mendirikan perumahan (tempat tinggal) yang lebih baik. Ia mendirikan toko tempat pekerja bisa membeli barang kebutuhan di toko tersebut dengan harga murah. Mengurangi jam kerja menjadi 10,5 jam per hari dari sebelumnya sekitar 15 jam sehari dan menolak pekerja di bawah umur 10 tahun. Owen berpendapat, dengan memperbaiki kondisi kerja atau investasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Manajer lain pada waktu itu lebih senang melakukan investasi pada sisi teknis, seperti investasi pada mesin, dan melupakan perbaikan/investasi pada sumber daya manusia.
2)   Charles Babbage (1792—1871)
Babbage merupakan profesor matematika di Inggris. Dengan latar belakang kuantitatifnya, ia percaya bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, produktivitas naik, dan biaya operasi turun. Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of Machinery and Manufactures. Ia menganjurkan pembagian kerja (division of labor) sehingga kerja/operasi setiap pabriknya bisa dianalisis secara terpisah. Dengan cara semacam itu, training bisa dilakukan dengan lebih murah. Pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama secara berulang-ulang akan semakin terampil dan berarti semakin efisien. Dia percaya bahwa metode kuantitatif bisa digunakan untuk menganalisis persoalan perusahaan, seperti untuk mengefisienkan penggunaan bahan baku atau fasilitas lain.[9]
b.      Teori Ilmiah
1)   Frederick W. Taylor (1856-1915)
Merupakan bapak manajemen ilmiah, Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar pendekatan ilmiah pada manajemen dan mengembangkan sejumlah tekniknya untuk mencapai efisiensi. 4 prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Pengembangan metoda ilmiah dalam manajemen
b)    Seleksi ilmiah untuk karyawan
c)    Pendidikan dan pengembangan ilmiah para karyawan
d)   Kerjasama yang baik antara manajemen dan tenaga kerja.[10]
2)   Frank B. Gillberth (1868-1924) dan Lillian M. Gillberth (1878-1972)
Keduanya merupakan suami istri yang mempunyai minat yang sama terhadap manajemen. Frank Gilberth melakukan studi pekerjaan tukang batu (bricklayer) dalam melakukan tiga hal: mengajar tukang batu yang junior, bekerja cepat, dan kemudian sengaja memperlambat kerjanya. Setelah melakukan studi, ia mengajukan metode kerja yang lebih efisien. Metodenya mengurangi pergerakan fisik dari 18 jenis menjadi hanya lima jenis dan meningkatkan output 200-300 persen. Sukses tersebut mengarahkannya pada studi gerak dan kelelahan. Menurutnya, pergerakan yang dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat kerja akan naik karena bermanfaat secara fisik pada karyawan. Lilian Gilberth memberikan kontribusi pada lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Ia percaya bahwa tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu pekerja mencapai potensi sepenuhnya sebagai seorang manusia.[11]
3)   Henry L. Gantt (1861-1919)
Henry merupakan asisten dari Taylor, dia berdiri sendiri sebagai seorang konsultan. Adapun gagasan yang dicetuskannya adalah: memperkenalkan sistem penilaian terbuka yang merupakan ide Owen. Kemajuan pekerja dicatat dengan bagan kotak warna hitam apabila berhasil memenuhi standar dan warna merah apabila tidak bisa memenuhi standar. Gantt chart (bagan Gantt) kemudian populer dan digunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat skedul (jadwal) pekerjaan tertentu.[12]
4)   Harrington Emerson (1853-1931)
Pemborosan dan ketidak-efisienan adalah masalah yang dilihahatnya sebagai penyakit sistem industri. Oleh sebab itu, ia mengemukakan 12 prinsip efisiensi sebagai berikut:
a)    Tujuan-tujuan dirumuskan dengan jelas
b)    Kegiatan yang dilakukan masuk akal
c)    Adanya staff yang cakap
d)   Disiplin
e)    Balas jasa yang adil
f)     Laporan-laporan yang terpercaya, segera, akurat, dan jelas sistem informasi dan akuntasinya
g)    Pemberian perintah perencanaan dan pengurutan kerja
h)    Adanya standar dan skedul metoda dan waktu setiap kegiatan
i)      Kondisi yang distandarisasi
j)      Operasi yang distandarisasi
k)    Instruksi-instruksi praktis tertulis yang standar
l)      Balas jasa efisiensi rencana insentif.[13]
c.       Teori Organisasi Klasik
1)   Henry Fayol (1841-1925)
Seorang industrialis Perancis, mengemukakan teori dan teknik administrasi sebagai pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks. Fayol mengemukakan 14 prinsip manajemen sebagai berikut: a) Pembagian kerja, b) Wewenang, c) Disiplin, d) Kesatuan perintah, e) Kesatuan pengarahan, f) Meletakkan kepentingan perseorangan di atas kepentingan umum, g) Balas jasa, h) Sentralisasi, i) Rantai saklar, j) Order, k) Keadilan, l) Stabilitas staf organisasi, m) Inisiatif, n) Semangat kerja.[14]
2)   Max Weber (1864—1920)
Max Weber merupakan ahli sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi. Menurut Weber birokrasi merupakan usaha untuk menghasilkan tradisi organisasi yang membuat keputusan secara emosional, atau berdasarkan ikatan kekeluargaan sehingga mengakibatkan organisasi tidak efektif. Bebarapa kelemahan birokrasi antara lain: 1) menimbulkan kecenderungan untuk merangsang dan mengembangkan cara berfikir yang konformitas, 2) rutinitas dan membosankan, 3) ide-ide inovatif tidak berkembang, karena kejenuhan akibat padatnya pesan dan panjangnya alur yang harus dilalui, 4) tidak memperhitungkan adanya organisasi informal yang seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal.[15]
2.      Teori Neo-Klasik
Teori ini timbul karena pada para manajer terdapat berbagai kelemahan dengan pendekatan klasik. Pada kenyataannya manajer ada kesulitan dan menjadi frustasi karena orang tidak selalu engikuti pola tingkah laku yang rasional. Di sini perlu upaya untuk membantu para manajer dalam menghadapi manusia, agar organisasi lebih efektif. Beberapa ahli berusaha memperkuat teori klasik dengan wawasan sosiologi dan psikologi. Dengan adanya peralihan yang lebih berorientasi pada mansuia dikenal dengan pendekatan perilaku sebagai ciri utama teori Neo-Klasik. Beberapa peloporny antara lain:
a.    Chaster L. Barnard (1906 - 1961)
Menyatakan bahwa hakikat organisasi adalah kerjasama, yaitu kesediaan orang saling berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Individu harus bekerja sesuai dengan kehendakorganisasi. Keseimbangan harus dijaga antar imbalan yang diberikan kepada individu dan sumbangan individu terhadap tercapainya tujaun organisasi. Dengan begitu Bernard berpendapat bahwa: suatu manajemen dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup jika tujuan organisasi dan kebutuhan perorangan yang bekerja pada organisasi itu dijaga seimbang.[16]
b.    Douglas McGregor
Menyatakan bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan. Gregor mengemukakan dua teori, yaitu X yang berasumsi bahwa manusia itu/karyawan tidak menyyukai kerja, tidak ada ambisi, tidak bertanggung jawab, menolak perubahan dan lebih baik dipimpin daripada memimpin. Sedangkan teori Y mengandung isi bahwa manajer memandang bawahan bersedia bekerja, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri, dan berpandangan luas serta kreatif. Implikasi dari asumsi-asumsi itu bila mnajer mengikuti teori X cenderung banyak mengarahkan, yang akibatnya tingkat kebergantungan karyawan kepada atasan sangat tinggi dan enggan bertindak. Sedangkan mnajer penganut teori Y cenderung mendorong untuk berpartisipasi, ada kebebasan, dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Pada akhirnya karyawan akan merasa memiliki dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan diri.[17]
3.      Teori Modern
Pendekatan modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional. Artinya orang menyesuaikan diri dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan. Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya bergantung pada lingkungan. Selanjutnya orang itu bekerja di dalam suatu sistem untukmencapai tujuan bersama. Sebuah sistem organisasi itu terdiri dari individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya kepemimpinan, dan perangkat fisik yang satu sama lain berhubungan.
Pendekatan sistem terhadap manajemen berusaha untuk memandang organisasi sebagai sistem yang menyatu dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berhubungan. Pendekatan sistem tidak secara terpisah berhubungan dengan berbagai bagian dari sebuah organisasi melainkan memberikan kepada manajer suatu cara untuk memandang organisasi sebagai  keseluruhan dan sebagai bagian dari yang lebih besar (lingkungan).
Di dalam pencapaian tujuan organisasi, menurut teori sistem harus didasarkan pada lima asumsi dan lima prinsip bekerja. Kelima asumsi dan prinsip bekerja itu adalah, sebagai berikut:
Asumsi
Prinsip
1.    Organisasi merupakan sistem terbuka
1.      Service untuk lingkungan
2.    Organisasi mencari prestasi maksimum
2.      Prinsip optimasi
3.    Tujuan organisasi sangat bervariasi
3.      Multidimensional
4.    Tujuan organisasi saling kebergantungan
4.      Prinsip keharmonisan
5.    Tujuan organisasi berubah-ubah
5.      Prinsip pengurangan resiko

Pendekatan sistem merupakan suatu metode atau teknik yang secara khusus disebut analisis sistem (system analysis) terutama berfungsi dalam memecahkan masalah (problem solving) dan pengambilan keputusan (decision making). Dalam hal ini pendekatan sistem dikaitkan dengan metode-metode ilmiah. Analisis sistem ini mencakup (1) menyadari adanya masalah, (2) mengidentifikasi variabel yang relevan, (3) menganalisis dan mensistensiskan faktor-faktor, dan (4) menentukan kesimpulan dalam bentuk program kegiatan.[18]
C.      Proses Manajemen
Proses manajemen yang bisa dilakukan dalam lembaga pendidikan adalah planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya keterkaitan antar proses yang pertama dan berikutnya. Begitu juga setelah pelaksanaan controlling akan mendapatkan feedbak yang bisa dijadikan sebagai masukan atau dasar untuk membuat planning baru.
1.    Perencanaan (Planning)
Perencanaan merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu periode tertentu guna mencapai tujuan yang telah diharapkan. Perencanaan memegang peranan penting dalam proses manajemen, sebab dari perencanaan inilah seperangkt keputusan bisa diambil dalam maningkatkan mutu pendidikan di sekolah/madrasah.
Perencanan yang ada di sekolah atau mdrasah dapat dibuat oleh kepala sekolah/madrasah, guru, dan staf yang beorientasi pada visi dan misi sekolah/madrasah dalam meningkatkan mutu pendidikannya. Perencanaan yang dibuat harus berkaitan dengan (a) penentuan tujuan dan maksud-maksud organisasi, (b) prakiraan-prakiraan lingkungan dimana tujuan hendak dicapai, (c) penetapan pendekatan dalam kerangka tujuan dan maksud organisasi yang hendak dicapai.[19]
2.    Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses penentuan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan membagibagikan pekerjaan kepada setiap personalia, penetapan departemen-departemen (subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan.
Proses pengorganisasian ini akan menentukan sebuah teamwork yang baik. Hal ini disebabkan pengorganisasian pada hakikatnya, antar lain (a) penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (b) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan, (c) penugasan tanggung jawab tertentu, (d) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.[20]
3.    Pelaksanaan (Actuating)
Pelasanaan (actuating) merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyatan, dengan berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung jawabnya.
Dalam pelaksanaan fungsi actuating ini, manajer berperan penting dalam menggerakkan seluruh civitas akademik di sekolah/madrasah agar mampu melaksanakan tugas, peran, dan tanggung jawabnya dengan baik dan disertai dengan motivasi yang tinggi.
4.    Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dalam lembaga pendidikan adalah proses pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindak korektif guna untuk penyempurnaan lebih lanjut dalam meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Proses pengawasan paling sedikit terdiri dari lima tahap, yaitu: (1) penetapan standar pelaksanaan (perencanaan), (2) penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, (4) perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisisan penyimpangan-penyimpangan, dan (5) pengembangan tindakan koreksi bila perlu.
 



BAB III
KESIMPULAN
A.      Kesimpulan
1.    The Basic Principles manajemen:
a.    Menurut Hikmat, meliputi: 1) prinsip efesiensi dan efektifitas, 2) prinsip pengelolaan, 3) prinsip pengutamaan pengelolaan, 4) prinsip kepemimpinan yang efektif, dan 5) prinsip kerja sama.
b.    Menurut Nanang Fattah, meliputi: 1) management by objectivitas, 2) management by subject, dan 3) managemen information system.
2.    Perkembangan teori manajemen
a.    Teori manajemen klasik
1)   Pendahulu/pionir teori manajemen klasik
2)   Teori ilmiah
3)   Teori organisasi klasik
b.    Teori Neo-Klasik (perilaku)
c.    Teori Modern
3.    Proses manajemen yang bisa dilakukan dalam lembaga pendidikan adalah planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Empat proses ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya keterkaitan antar proses yang pertama dan berikutnya. Begitu juga setelah pelaksanaan controlling akan mendapatkan feedbak yang bisa dijadikan sebagai masukan atau dasar untuk membuat planning baru.
B.       Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun, dalam segala rangkaian kata-kata dari awal hingga akhir tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan, untuk itu tidak ada usaha yang lebih berharga kecuali melakukan kritik konstruktif setiap elemen pembangun dalam makalah ini, demi perbaikan dan kebaikan semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.


DAFTAR PUSTAKA
Hikmat, Manajemen Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2009.
J. Winardi, Managemen Prilaku Organisasi,  Kencana, Jakarta, Cet ke-3, 2004.
Mamduh Hanah, Modul; Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen, tt.
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, PT. Gelora Aksara Pratama, Malang, 2007.
Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Nanang Fattah, Pengantar Manajemen, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998.
Prim Masrokhan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah; Strategi Peningkata Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam,Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2016.
Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.



[1] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, PT. Gelora Aksara Pratama, Malang, 2007, hlm. 2-4.
[2] J. Winardi, Managemen Prilaku Organisasi,  Kencana, Jakarta, Cet ke-3, 2004, hlm. 134.
[3] Hikmat, Manajemen Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2009, hlm. 41.
[4] Ibid, hlm. 42.
[5] Ibid, hlm. 43.
[6] Ibid, hlm. 43-44.
[7] Nanang Fattah, Pengantar Manajemen, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998, cet ke-7, hlm. 50.
[8] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, cet ke-5, hlm. 11.
[9] Mamduh Hanah, Modul; Konsep Dasar dan Perkembangan Teori Manajemen, tt. hlm. 36-37.
[10] Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hlm. 19-20.
[11] Mamduh Hanah, Op.cit., hlm. 39-40.
[12] Ibid, hlm. 40.
[13] Yohannes Yahya, Op.cit., hlm. 20.
[14] Ibid, hlm. 21.
[15] Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm. 23-24.
[16] Ibid, hlm. 25.
[17] Loc.cit.
[18] Nanang Fattah, Op.cit., hlm. 28-31.
[19] Prim Masrokhan Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah; Strategi Peningkata Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam,Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2016, hlm. 40-41.
[20] Ibid, hlm. 44-45.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar