KERANGKA KONSEP DAN PERKEMBANGAN TEORI MANAJEMEN
(The Basic Principles, Perkembangan Teori Manajemen, Proses Manajemen)
Disusun oleh:
Abdul Fatah, M.Pd.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhir-akhir ini manajemen sebagai ilmu begitu populer sehingga banyak
kajian yang difokuskan pada manajemen baik berupa pelatihan, seminar, kuliah,
maupun pembukaan program studi. Program studi manajemen meliputi manajemen
ekonomi, manajemen sumber daya manusia, manajemen pendidikan, dan sebagainya.
Awal mulanya, tema manajemen hanya populer dalam dunia perusahaan atau
bisnis. Kemudian, tema ini digunakan dalam profesi lainnya, termasuk oleh
pendidikan, baik itu pendidikan umum maupun pendidikan Islam (keagamaan).
Optimisme dalam mengembangkan Sekolah/Madrasah Model sebagai bentuk upaya
meningkatkan mutu pendidikan, selain implementasi melalui peningkatan fasilitas
belajar juga dilakukan dengan meningkatkan manajemen. Dengan begitu, manajemen
dijadikan resep dalam mengatasi masalah dan kemudian mengembangkan lembaga
pendidikan, khususnya dalam konteks ini, lembaga pendidikan Islam (madrasah).[1]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pendahuluan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa sajakah The Basic Principles
manajemen?
2.
Bagaimanakah perkembangan teori
manajemen?
3.
Bagaimanakah proses manajemen
tersebut?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
The
Basic Principles Manajemen
Secara
sederhana prinsip-prinsip menejemen berarti dasar-dasar
dan nilai yang menjadi inti dari keberhasilan sebuah manajemen. Atau juga
dapat disebut sebagai teori rancangan (Design
Theory), yang dapat digunakan oleh seorang perencana organisasi seperti
halnya seorang insinyur menggunakan teori dalam hal mendesign sebuah mesin.[2]
Prinsip-prinsip
dalam manajemen menurut Hikmat (2009) adalah sebagai berikut:
1.
Prinsip
Efisiensi dan Efektivitas
Efisiensi
dan efektivitas merupakan bagian dari prinsip-prinsip manajemen. Titik tolak
pelaksanaan manajemen dalam organisasi memanfaatkan semua sumber, tenaga, dana,
dan fasilitas yang ada secara efisien. Fungsi-fungsi manajemen
dioperasionalisasikan dengan mempertimbangkan sarana dan prasarana yang seirama
dengan keadaan dan kemapuan organisasi, artinya dengan menghemat biaya dan
memperpendek waktu pelaksaan kegiatan, tetapi hasil yang diperoleh tetap
optimal.[3]
2.
Prinsip
Pengelolaan
Manajer
yang baik adalah manajer yang bekerja dengan langkah-langkah manajemen yang
fungsional, yaitu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengontrol.
Dengan demikian, target yang dituju dengan mudah dapat dicapai dengan baik.
Perencanaan
yang dilakukan berpijak pada visi dan misi yang jelas sehingga program-program
yang dijadwalkan dibuat secara hierarkis atau sistematis dan mendahulukan skala
prioritas sebagaimana mengatur dan menjadwalnya program jangka panjang, jangka
menengah, dan jangka pendek. Program jangka pendek dilaksanakan sekaligus sebagai
awal dari program jangka menengah, sedangkan pelaksanaan program jangka
menengah dilaksanakan sebagai awal menuju program jangka panjang. Dengan
demikian, semua pelaksanaan program terdapat saling memengaruhi dan menunjang
dalam mencapai target.[4]
3.
Prinsip
Pengutamaan Tugas Pengelolaan
Manajer
adalah orang yang bertanggung jawab penuh dalam pelaksanaan organisasi, baik
secara internal maupun eksternal. Internal artinya melaksanakan proses
pengadministrasian semua aktivitas organisasi yang merupakan tugas utama
manajer, sedangkan eksternal adalah pelayanan manajerial terhadap semua
kepentingan publik yang berkaitan dengan aktivitas manajemen di luar
kelembagaan.[5]
4.
Prinsip
Kepemimpinan yang Efektif
Pemimpin
yang baik adalah pemimpin yang tidak menyalahkan bawahan, melainkan
mengingatkan dan menyarankan, demikian pula bawahan yang baik tidak pernah
menggugat dan gusar kepada atasan, melainkan meluruskan dan menyadarkan
sepanjang masih dalam konteks profesionalitas yang ada di atas aturan yang
disepakati.
5.
Prinsip
Kerja Sama
Prinsip
kerja sama didasarkan pada pengorganisasian dalam manajemen. Semua tugas dan
kewajiban manajer tidak diborong oleh satu orang, melainkan dikerjakan menurut
keahlian dan tugasnya masing-masing. Dengan demikian, beban kerjanya tidak menumpuk
di satu tempat, sedangkan ditempat lain tidak ada yang harus dikerjakan.
Pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab seharusnya dipolarisasi
berdasarkan prinsip profesionalitas sehingga kerja sama yang dibangun tidak
berbelit-belit. Kerja sama diantara karyawan berjalan sinergis dan mempermudah
pelaksanaan tugas organisasi.[6]
Adapun
prinsip-prinsip manajemen menurut Nanang Fattah (1998) adalah sebagai berikut:[7]
1.
Management By Objectivitas (MBO)
Management
By Objectivitas (MBO) merupakan teknik manajemen yang membantu
memperjelas dan menjabarkan tahapan tujuan organisasi. Dengan MBO dilakukan
proses penentuan tujuan bersama antara atasan dan bawahan.
2.
Management By Subject
(MBS)
Management
By Subject (MBS) merupakan suatu konsep manajemen modern yang
mengkaji keterkaitan dimensi prilaku, komponen sistem dalam kaitannya dengan
perubahan dan pengembangan organisasi. Tuntutan perubahan dan pengembangan yang
muncul sebagai akibat tuntuta lingkungan internal maupun eksternal, membawa
implikasi terhadap perubahan prilaku dan kelompok dan wadahnya.
3.
Managemen Information System (MIS)
Management Information System (MIS) yaitu suatu sistem yang menyediakan infomasi
untuk manajer secara teratur. Informasi ini dimanfaatkan sebagai dasar untuk
melakukan pemantauan dan penilaian kegiatan serta hasil-hasil yang dicapai.
B.
Perkembangan Teori Manajemen
Teori manajemen mempunyai peran (role)
atau membantu menjelaskan perilaku organisasi yang berkaitan dengan motivasi,
produktivitas, dan kepuasan (satisfaction). Karakteristik teori
manajemen secara garis besar dapat dinyatakan: 1) mengacu pada pengalaman
empirik, 2) adanya keterkaitan antara satu teori dengan teori lain, 3) mengakui
kemungkinan adanya penolakan.[8]
1. Teori Manajemen Klasik
a. Pendahulu/Pionir Teori
Manajemen Klasik
1) Robert Owen (1771—1858)
Robert Owen merupakan manajer dan pemilik beberapa pabrik
kapas (cotton) di Inggris. Pada waktu
itu, kondisi kerja di pabrik sangat buruk.
Owen sampai pada kesimpulan bahwa manajer harus menjadi pembaru (reformer). Ia melihat peranan pekerja
yang cukup penting sebagai aset perusahaan.
Pekerja bukan hanya merupakan input,
tetapi merupakan sumber daya perusahaan yang signifikan. Selanjutnya, dia
memperbaiki kondisi kerja pekerjanya dengan mendirikan perumahan (tempat
tinggal) yang lebih baik. Ia mendirikan toko tempat pekerja bisa membeli barang
kebutuhan di toko tersebut dengan harga murah. Mengurangi jam kerja menjadi
10,5 jam per hari dari sebelumnya sekitar 15 jam sehari dan menolak pekerja di
bawah umur 10 tahun. Owen berpendapat, dengan memperbaiki kondisi kerja atau
investasi pada sumber daya manusia, perusahaan dapat meningkatkan output dan juga keuntungan. Manajer lain
pada waktu itu lebih senang melakukan investasi pada sisi teknis, seperti
investasi pada mesin, dan melupakan perbaikan/investasi pada sumber daya
manusia.
2) Charles Babbage (1792—1871)
Babbage merupakan profesor matematika di Inggris. Dengan
latar belakang kuantitatifnya, ia percaya bahwa prinsip-prinsip ilmiah dapat
diterapkan untuk meningkatkan efisiensi produksi, produktivitas naik, dan biaya
operasi turun. Kontribusinya terlihat dari bukunya On the Economy of Machinery
and Manufactures. Ia menganjurkan pembagian kerja (division of labor) sehingga kerja/operasi setiap pabriknya bisa
dianalisis secara terpisah. Dengan cara
semacam itu, training bisa dilakukan
dengan lebih murah. Pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama secara
berulang-ulang akan semakin terampil dan berarti semakin efisien. Dia percaya
bahwa metode kuantitatif bisa digunakan untuk menganalisis persoalan
perusahaan, seperti untuk mengefisienkan penggunaan bahan baku atau fasilitas
lain.[9]
b. Teori Ilmiah
1) Frederick W. Taylor (1856-1915)
Merupakan
bapak manajemen ilmiah, Taylor memberikan prinsip-prinsip dasar pendekatan
ilmiah pada manajemen dan mengembangkan sejumlah tekniknya untuk mencapai
efisiensi. 4 prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut:
a) Pengembangan metoda ilmiah
dalam manajemen
b) Seleksi ilmiah untuk
karyawan
c) Pendidikan dan
pengembangan ilmiah para karyawan
d) Kerjasama yang baik antara
manajemen dan tenaga kerja.[10]
2) Frank B. Gillberth
(1868-1924) dan Lillian M. Gillberth (1878-1972)
Keduanya merupakan suami istri yang mempunyai minat yang
sama terhadap manajemen. Frank Gilberth melakukan studi pekerjaan tukang batu (bricklayer) dalam melakukan tiga hal:
mengajar tukang batu yang junior, bekerja
cepat, dan kemudian sengaja memperlambat kerjanya. Setelah melakukan studi, ia
mengajukan metode kerja yang lebih efisien. Metodenya mengurangi pergerakan
fisik dari 18 jenis menjadi hanya lima jenis dan meningkatkan output 200-300 persen. Sukses tersebut
mengarahkannya pada studi gerak dan kelelahan. Menurutnya, pergerakan yang
dapat dihilangkan akan mengurangi kelelahan. Semangat kerja akan naik karena
bermanfaat secara fisik pada karyawan. Lilian Gilberth memberikan kontribusi
pada lapangan psikologi industri dan manajemen personalia. Ia percaya bahwa
tujuan akhir manajemen ilmiah adalah membantu pekerja mencapai potensi
sepenuhnya sebagai seorang manusia.[11]
3) Henry L. Gantt (1861-1919)
Henry merupakan asisten dari Taylor, dia
berdiri sendiri sebagai seorang konsultan. Adapun gagasan yang dicetuskannya
adalah: memperkenalkan
sistem penilaian terbuka yang merupakan ide Owen.
Kemajuan pekerja dicatat dengan bagan kotak warna hitam apabila berhasil
memenuhi standar dan warna merah apabila tidak bisa memenuhi standar. Gantt chart (bagan Gantt) kemudian
populer dan digunakan untuk perencanaan, yaitu mencatat skedul (jadwal)
pekerjaan tertentu.[12]
4) Harrington Emerson
(1853-1931)
Pemborosan
dan ketidak-efisienan adalah masalah yang dilihahatnya sebagai penyakit sistem
industri. Oleh sebab itu, ia mengemukakan 12 prinsip efisiensi sebagai berikut:
a) Tujuan-tujuan dirumuskan
dengan jelas
b) Kegiatan yang dilakukan
masuk akal
c) Adanya staff yang cakap
d) Disiplin
e) Balas jasa yang adil
f) Laporan-laporan yang
terpercaya, segera, akurat, dan jelas sistem informasi dan akuntasinya
g) Pemberian perintah
perencanaan dan pengurutan kerja
h) Adanya standar dan skedul
metoda dan waktu setiap kegiatan
i) Kondisi yang
distandarisasi
j) Operasi yang
distandarisasi
k) Instruksi-instruksi
praktis tertulis yang standar
l) Balas jasa efisiensi
rencana insentif.[13]
c. Teori Organisasi Klasik
1) Henry Fayol (1841-1925)
Seorang
industrialis Perancis, mengemukakan teori dan teknik administrasi sebagai
pedoman bagi pengelolaan organisasi yang kompleks. Fayol mengemukakan 14
prinsip manajemen sebagai berikut: a) Pembagian kerja, b) Wewenang, c)
Disiplin, d) Kesatuan perintah, e) Kesatuan pengarahan, f) Meletakkan
kepentingan perseorangan di atas kepentingan umum, g) Balas jasa, h) Sentralisasi,
i) Rantai saklar, j) Order, k) Keadilan, l) Stabilitas staf organisasi, m)
Inisiatif, n) Semangat kerja.[14]
2) Max Weber (1864—1920)
Max Weber merupakan ahli
sosiologi Jerman yang mengembangkan teori birokrasi. Menurut Weber birokrasi
merupakan usaha untuk menghasilkan tradisi organisasi yang membuat keputusan
secara emosional, atau berdasarkan ikatan kekeluargaan sehingga mengakibatkan
organisasi tidak efektif. Bebarapa kelemahan birokrasi antara lain: 1)
menimbulkan kecenderungan untuk merangsang dan mengembangkan cara berfikir yang
konformitas, 2) rutinitas dan membosankan, 3) ide-ide inovatif tidak
berkembang, karena kejenuhan akibat padatnya pesan dan panjangnya alur yang
harus dilalui, 4) tidak memperhitungkan adanya organisasi informal yang
seringkali berpengaruh terhadap organisasi formal.[15]
2. Teori Neo-Klasik
Teori
ini timbul karena pada para manajer terdapat berbagai kelemahan dengan
pendekatan klasik. Pada kenyataannya manajer ada kesulitan dan menjadi frustasi
karena orang tidak selalu engikuti pola tingkah laku yang rasional. Di sini
perlu upaya untuk membantu para manajer dalam menghadapi manusia, agar
organisasi lebih efektif. Beberapa ahli berusaha memperkuat teori klasik dengan
wawasan sosiologi dan psikologi. Dengan adanya peralihan yang lebih berorientasi
pada mansuia dikenal dengan pendekatan perilaku sebagai ciri utama teori
Neo-Klasik. Beberapa peloporny antara lain:
a. Chaster L. Barnard (1906 - 1961)
Menyatakan
bahwa hakikat organisasi adalah kerjasama, yaitu kesediaan orang saling
berkomunikasi dan berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama. Individu harus
bekerja sesuai dengan kehendakorganisasi. Keseimbangan harus dijaga antar
imbalan yang diberikan kepada individu dan sumbangan individu terhadap
tercapainya tujaun organisasi. Dengan begitu Bernard berpendapat bahwa: suatu
manajemen dapat bekerja secara efisien dan tetap hidup jika tujuan organisasi
dan kebutuhan perorangan yang bekerja pada organisasi itu dijaga seimbang.[16]
b. Douglas McGregor
Menyatakan
bahwa manajemen akan mendapatkan manfaat besar bila ia menaruh perhatian pada
kebutuhan sosial dan aktualisasi diri karyawan. Gregor mengemukakan dua teori,
yaitu X yang berasumsi bahwa manusia itu/karyawan tidak menyyukai kerja, tidak
ada ambisi, tidak bertanggung jawab, menolak perubahan dan lebih baik dipimpin
daripada memimpin. Sedangkan teori Y mengandung isi bahwa manajer memandang
bawahan bersedia bekerja, bertanggung jawab, mampu mengendalikan diri, dan
berpandangan luas serta kreatif. Implikasi dari asumsi-asumsi itu bila mnajer
mengikuti teori X cenderung banyak mengarahkan, yang akibatnya tingkat
kebergantungan karyawan kepada atasan sangat tinggi dan enggan bertindak.
Sedangkan mnajer penganut teori Y cenderung mendorong untuk berpartisipasi, ada
kebebasan, dan bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugasnya. Pada akhirnya
karyawan akan merasa memiliki dan mempunyai kesempatan untuk mengembangkan
diri.[17]
3. Teori Modern
Pendekatan
modern berdasarkan hal-hal yang sifatnya situasional. Artinya orang
menyesuaikan diri dengan situasi dihadapi dan mengambil keputusan sesuai dengan
situasi dan kondisi lingkungan. Asumsi yang dipakai ialah bahwa orang itu
berlainan dan berubah baik kebutuhannya, reaksinya, tindakannya yang semuanya
bergantung pada lingkungan. Selanjutnya orang itu bekerja di dalam suatu sistem
untukmencapai tujuan bersama. Sebuah sistem organisasi itu terdiri dari
individu, organisasi formal, organisasi informal, gaya kepemimpinan, dan
perangkat fisik yang satu sama lain berhubungan.
Pendekatan
sistem terhadap manajemen berusaha untuk memandang organisasi sebagai sistem
yang menyatu dengan maksud tertentu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling
berhubungan. Pendekatan sistem tidak secara terpisah berhubungan dengan
berbagai bagian dari sebuah organisasi melainkan memberikan kepada manajer
suatu cara untuk memandang organisasi sebagai
keseluruhan dan sebagai bagian dari yang lebih besar (lingkungan).
Di
dalam pencapaian tujuan organisasi, menurut teori sistem harus didasarkan pada
lima asumsi dan lima prinsip bekerja. Kelima asumsi dan prinsip bekerja itu
adalah, sebagai berikut:
Asumsi
|
Prinsip
|
1. Organisasi merupakan
sistem terbuka
|
1. Service untuk lingkungan
|
2. Organisasi mencari
prestasi maksimum
|
2. Prinsip optimasi
|
3. Tujuan organisasi sangat
bervariasi
|
3. Multidimensional
|
4. Tujuan organisasi saling
kebergantungan
|
4. Prinsip keharmonisan
|
5. Tujuan organisasi
berubah-ubah
|
5. Prinsip pengurangan
resiko
|
Pendekatan
sistem merupakan suatu metode atau teknik yang secara khusus disebut analisis
sistem (system analysis) terutama berfungsi dalam memecahkan masalah (problem
solving) dan pengambilan keputusan (decision making). Dalam hal ini
pendekatan sistem dikaitkan dengan metode-metode ilmiah. Analisis sistem ini
mencakup (1) menyadari adanya masalah, (2) mengidentifikasi variabel yang
relevan, (3) menganalisis dan mensistensiskan faktor-faktor, dan (4) menentukan
kesimpulan dalam bentuk program kegiatan.[18]
C.
Proses Manajemen
Proses
manajemen yang bisa dilakukan dalam lembaga pendidikan adalah planning,
organizing, actuating, controlling (POAC). Empat proses ini digambarkan
dalam bentuk siklus karena adanya keterkaitan antar proses yang pertama dan
berikutnya. Begitu juga setelah pelaksanaan controlling akan mendapatkan
feedbak yang bisa dijadikan sebagai masukan atau dasar untuk membuat planning
baru.
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
merupakan sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada
suatu periode tertentu guna mencapai tujuan yang telah diharapkan. Perencanaan
memegang peranan penting dalam proses manajemen, sebab dari perencanaan inilah
seperangkt keputusan bisa diambil dalam maningkatkan mutu pendidikan di
sekolah/madrasah.
Perencanan
yang ada di sekolah atau mdrasah dapat dibuat oleh kepala sekolah/madrasah,
guru, dan staf yang beorientasi pada visi dan misi sekolah/madrasah dalam meningkatkan
mutu pendidikannya. Perencanaan yang dibuat harus berkaitan dengan (a)
penentuan tujuan dan maksud-maksud organisasi, (b) prakiraan-prakiraan
lingkungan dimana tujuan hendak dicapai, (c) penetapan pendekatan dalam
kerangka tujuan dan maksud organisasi yang hendak dicapai.[19]
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses penentuan
pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas dan
membagibagikan pekerjaan kepada setiap personalia, penetapan departemen-departemen
(subsistem) serta penentuan hubungan-hubungan.
Proses pengorganisasian ini akan menentukan sebuah teamwork
yang baik. Hal ini disebabkan pengorganisasian pada hakikatnya, antar lain (a)
penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
organisasi, (b) proses perancangan dan pengembangan suatu organisasi yang akan
dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan, (c) penugasan tanggung jawab
tertentu, (d) pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya.[20]
3.
Pelaksanaan (Actuating)
Pelasanaan (actuating) merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyatan, dengan berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal
sesuai dengan peran, tugas, dan tanggung jawabnya.
Dalam pelaksanaan fungsi actuating ini, manajer
berperan penting dalam menggerakkan seluruh civitas akademik di
sekolah/madrasah agar mampu melaksanakan tugas, peran, dan tanggung jawabnya
dengan baik dan disertai dengan motivasi yang tinggi.
4.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dalam lembaga pendidikan adalah proses
pemantauan, penilaian, dan pelaporan rencana atas pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan untuk tindak korektif guna untuk penyempurnaan lebih lanjut dalam
meningkatkan mutu lembaga pendidikan.
Proses pengawasan paling sedikit terdiri dari lima tahap,
yaitu: (1) penetapan standar pelaksanaan (perencanaan), (2) penentuan
pengukuran pelaksanaan kegiatan, (3) pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata, (4)
perbandingan pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisisan
penyimpangan-penyimpangan, dan (5) pengembangan tindakan koreksi bila perlu.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1.
The Basic Principles manajemen:
a.
Menurut Hikmat, meliputi: 1) prinsip
efesiensi dan efektifitas, 2) prinsip pengelolaan, 3) prinsip pengutamaan
pengelolaan, 4) prinsip kepemimpinan yang efektif, dan 5) prinsip kerja sama.
b.
Menurut Nanang Fattah, meliputi: 1) management
by objectivitas, 2) management by subject, dan 3) managemen
information system.
2.
Perkembangan teori manajemen
a.
Teori manajemen klasik
1)
Pendahulu/pionir teori manajemen klasik
2)
Teori ilmiah
3)
Teori organisasi klasik
b.
Teori Neo-Klasik (perilaku)
c.
Teori Modern
3.
Proses manajemen yang bisa dilakukan dalam lembaga pendidikan
adalah planning, organizing, actuating, controlling (POAC). Empat proses
ini digambarkan dalam bentuk siklus karena adanya keterkaitan antar proses yang
pertama dan berikutnya. Begitu juga setelah pelaksanaan controlling akan
mendapatkan feedbak yang bisa dijadikan sebagai masukan atau dasar untuk
membuat planning baru.
B. Penutup
Demikianlah makalah ini kami susun, dalam segala rangkaian kata-kata dari awal hingga akhir tentu masih banyak kekurangan dan kesalahan,
untuk itu tidak ada usaha yang lebih berharga kecuali melakukan kritik
konstruktif setiap elemen pembangun dalam makalah ini, demi perbaikan dan
kebaikan semua pihak. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan kepada pembaca pada umumnya. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat, Manajemen Pendidikan,
CV Pustaka Setia, Bandung, 2009.
J.
Winardi, Managemen Prilaku Organisasi, Kencana, Jakarta, Cet ke-3, 2004.
Mamduh Hanah, Modul; Konsep Dasar dan
Perkembangan Teori Manajemen, tt.
Mujamil Qomar, Manajemen
Pendidikan Islam, PT. Gelora Aksara Pratama, Malang, 2007.
Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001.
Nanang Fattah, Pengantar
Manajemen, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1998.
Prim Masrokhan Mutohar, Manajemen
Mutu Sekolah; Strategi Peningkata Mutu dan Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam,Ar-Ruzz
Media, Jogjakarta, 2016.
Yohannes Yahya, Pengantar
Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
[2] J. Winardi, Managemen Prilaku Organisasi, Kencana, Jakarta, Cet ke-3, 2004, hlm. 134.
[8] Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, cet ke-5, hlm.
11.
[9] Mamduh Hanah, Modul; Konsep Dasar dan Perkembangan Teori
Manajemen, tt. hlm. 36-37.
[15] Nanang Fattah, Landasan
Manajemen Pendidikan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hlm. 23-24.
[19] Prim Masrokhan
Mutohar, Manajemen Mutu Sekolah; Strategi Peningkata Mutu dan Daya Saing
Lembaga Pendidikan Islam,Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2016, hlm. 40-41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar