Jumat, 11 Maret 2016

Tutorial Garis Tepi Double di CorelDRAW

Tutorial Garis Tepi Double di CorelDRAW
Tutorial  garis tepi double atau ganda di coreldraw untuk membuat garis tepi (outtline) di coreldraw dengan ganda lewat cara mudah dan praktis. Tutorial outline ganda coreldraw banyak dipakai untuk desain grafis untuk memperindah tampilan gambar atau tulisan di coreldraw. Cara membuat tutorial garis tepi double coreldraw caranya adalah :

1. Buat suatu tulisan misalnya dengan font Cooper Black ukuran font 150 pt dengan kata "Mazraden.com". Beri warna merah saja pada text dan pilih outline = none agar tidak ada garis tepi.


2. Klik saja pada text tadi lalu pilih menu Interactive Contour Tool di tool box. Lalu atur nilai Contour Offet = 0.16 dan pilih tipe outside serta Counter step = 2. Untuk fiil = kuning dan outline = hitam, kemudian tekan enter

3. Maka tulisan tadi muncul garis outline ganda. Klik kanan di garis hasil outline dari Interactive Countour Tool, pilih saja Break Contour Group Part (Ctrl + K).


4. Setelah terpisah, pilih menu Pick Tool di toolbox. Klik kanan tepat di garis kuning atau biru dan pilih Ungroup.



5. Klik pada warna biru tadi dan ubah menjadi putih dan klik garis kuning, ubah warnanya jadi merah. Hasil tutorial ini adalah :


Kesimpulan dari tutorial adalah dengan melakukan Break Contour Group Apart dan Ungroup dengan Pick Tool, untuk memudahkan mengubah warna sesuai keinginan. Untuk warna dari Interactive Contour Tool, sebenarnya bebas saja tidak harus outine = hitam atau fiil = kuning hanya saja dengan beda warna akan mempermudah pekerjaan saja.

Catatan penting juga : Nilai Contour Offset bisa berubah tergantung dari ukuran huruf dan jenis hurufnya. Perhatikan polanya kalau ouside akan menghasilkan garis keluar tapi kalau inside kedalam.

Semoga ilmu ini bisa bermanfaat. Amin...!!!!
Trace Gambar di CorelDRAW
 
 
tutorial kali ini saya akan membagi cara cepat mentrace di corel draw. oke lang sung aja ya..

1. buat file baru di corel draw. ini ukuran secara default dari corel draw.
2. klik file terus import (Ctrl+I) dan silahkan pilih gambar yang mau di trace.
  oh ya disini saya akan mentrace gambar sketsa saya yang sudah saya scan. (untuk gambar berwarna pun bisa kok di trace)
3. setelah itu klik bitmap, Outeline trace, high quality image
 apa bila muncul peringatan seperti di bawah ini maka klik saja reduce bitmap.
4. setelah loding window trace selesai atur parameter detailnya seperti di bawa ini. (semakin kekanan maka gambar yang di trace semakin detail)
5. lalu atur smoothingnya sesuai kebutuhan (ini untuk kehalusan bidang trace kita) dalam tutorial ini saya mengunakan 40
6. setelah itu atur corner smoothnessnya sesuai kebutuhan (ini di gunakan untuk memperhalus line tracenya) dalam tutorial ini saya mengunakan 14
7. masuk ke colors parameter.
8. ubah color modenya ke black and white. (untuk gambar berwarna anda tingal mengatur number colornya, atau mungkin mau default juga tidak apa-apa)
9. kembali pada setting parameter.
10. untuk menghilangkan becgraund putihnya.
 silahkan masuk di options. pilih specify colo
 aktifkan pipat tool
 klik pada warna yang ingin di hilangkan. (inilah alasan kenapa saya mengunakan gambar hitamputih karna tool ini hanya bisa menghilangkan 1 warna saja)
 inilah hasilnya. hilangkan becgraundnya? oke lanjut
11. nah kalau anda ingin menghilangkan warna putih di layar trace kita. (hanya warna hitam saja yang di simpan)
  maka pilihlah Remove color from entire image
 inilah hasil akhirnya.
 setelah itu tingal klik OK deah....
 dan kini gambar trace nya sudah menjadi vector dan bisa di edit lagi dengan tool-tool yang ada di corel. (dapat di ganti warnanya jugaloh). oke sampai sini duluh ya tutorialnya. bagi yang tidak jelas bisa bertanya di kolom komentar. :>

Senin, 07 Maret 2016

2 Cara Download Video Di YouTube Tanpa Software

2 Cara Download Video Di YouTube Tanpa Software

Ada 2 Cara Download Video Di YouTube Tanpa Software yang bisa Anda coba. Pertama dengan menambahkan kode unik "ss" sebelum kode youtube.com/.. pada URL browser. Kedua dengan cara mengunjungi website khusus yang akan memudahkan Anda dalam download video YouTube.

Logo YouTube

YouTube adalah salah satu situs web berbagi video secara gratis. Situs ini memungkinkan Anda dapat mengunggah, berbagi dan menonton. YouTube ini merupakan situs web berbagi video paling populer di dunia.
Sebenarnya kedua cara diatas sama, yaitu menggunakan sebuah website khusus untuk download video di YouTube. Berikut kedua cara yang Saya maksud.

1. Cara Mudah Download Video Di YouTube Tanpa Software
Agar proses download video di YouTube lebih mudah cepat, Saya sarankan Anda gunakan tips yang satu ini karena lebih sederhana. Caranya Anda tinggal menambahkan kode unik "ss" sebelum kode youtube.com/..., lalu tinggal enter dan download video sesuai format video yang ingin Anda inginkan.

2. Cara Download Video Di YouTube Tanpa Software
Hampir sama seperti tips pertama cuma cara yang satu ini Anda harus mengunjungi website http://en.savefrom.net/, lalu copy/paste URL video yang akan Anda download pada website tersebut. Langkah selanjutnya, tinggal Anda download sesuai format yang Anda inginkan.

Itulah 2 Cara Download Video Di YouTube Tanpa Software yang bisa Anda coba, silakan pilih sesuai yang Anda sukai.

Minggu, 06 Maret 2016

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN TARHIB DAN TARGHIB DI MADRASAH



IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN TARHIB DAN TARGHIB DI MADRASAH

A.    Pendahuluan
Peringatan dan perbaikan terhadap anak bukanlah tindakan balas dendam yang didasari amarah, melainkan suatu metode pendidikan yang didasari atas rasa cinta dan kasih sayang. Ibnu Jazzar al-Qairawani menjelaskan tentang perbaikan anak sejak dini, “Sesungguhnya masa kanak-kanak adalah masa terbaik bagi pendidikan. Apabila kita dapati sebagian anak mudah dibina dan sebagian lain sulit dibina, sebagian giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar, sebagian mereka belajar untuk maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman.”
Sebenarnya sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dan fitrah mereka. Sifat-sifat tersebut terutama timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari orangtua dan para pendidik. Semakin dewasa usia anak, semakin sulit pula baginya untuk meninggalkan sifat-sifat buruk. Banyak sekali orang dewasa yang menyadari keburukan sifat-sifatnya, tapi tidak mampu mengubahnya. Karena sifat-sifat buruk itu sudah menjadi kebiasaan yang sulit untuk ditinggalkan. Maka berbahagialah para orangtua yang selalu memperingati dan mencegah anaknya dari sifat-sifat buruk sejak dini, karena dengan demikian, mereka telah menyiapkan dasar yang kuat bagi kehidupan anak di masa mendatang.”
Merupakan kesalahan besar apabila menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak, karena kebakaran yang besar terjadi sekalipun berawal dari api yang kecil. Maka bila orangtua mendapati anaknya melakukan kesalahan, seperti berkata kasar misalnya, hendaknya langsung memperingatinya.
Setelah mengetahui arti penting peringatan dan perbaikan bagi anak, maka para orangtua dan pendidik harus mengerti metode yang diajarkan Rasulullah SAW dalam peringatan dan perbaikan anak. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut dengan metode penghargaan (tarhib) dan sanksi (targhib). Dengan metode tersebut diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan positif dan progresif.
B.     Permasalahan
Dalam topik ini akan dibahas tentang pengertian metode sanksi (targhib) dan penghargaan (tarhib), pendapat beberapa pakar pendidikan tentang pelaksanaannya serta penerapannya dalam pendidikan.
C.    Pembahasan
1.      Konsep Pemberian Penghargaan dan Sanksi
Salah satu teknik atau metode pendidikan Islam adalah pendidikan dengan pemberian penghargaan dan sanksi. Penghargaan atau hadiah dalam pendidikan anak akan memberikan motivasi untuk terus meningkatkan atau paling tidak mempertahankan prestasi yang telah didapatnya, di lain pihak temannya yang melihat akan ikut termotivasi untuk memperoleh hal yang sama. Sedangkan sanksi atau hukuman sangat berperan penting dalam pendidikan anak sebab pendidikan yang terlalu lunak akan membentuk anak kurang disiplin dan tidak mempunyai keteguhan hati.[1]
Sudah menjadi tabiat manusia memiliki kencendrungan kepada kebaikan dan keburukan. Oleh karena itu pendidikan Islam berupaya mengembangkan manusia dalam berbagai jalan kebaikan dan jalur keimanan. Demikian pula pendidikan Islam berupaya menjauhkan manusia dari keburukan dengan segala jenisnya. Jadi tabiat ini merupakan kombinasi antara kebaikan dan keburukan, maka tabiat baik perlu diarahkan dengan memberikan imbalan, penguatan dan dorongan, sedangkan tabiat buruk perlu dipagari dan dicegah. Cara pengarahan ini dikenal dalam al-Qur’an dengan metode targhib dan tarhib.[2]
Targhib  dan tarhib merupakan salah satu teknik pendidikan yang bertumpu pada fitrah manusia dan keiginannya pada imbalan, kenikmatan dan kesenangan. Metode ini pun bertumpu pada rasa takut mausia terhadap hukuman, kesulitan dan akibat buruk. Tekhnik imbalan (targhib( diisyaratkan Allah dalam Surat Ali Imran ayat 133 : ”Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”
 Adapun tekhnik sanksi (tarhib) diungkapkan dalam Firman Allah Swt salah satunya pada surat at-Tahrim ayat 6 sebagai berikut: … ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu...”[3]
2.      Pandangan Pakar Pendidikan Muslim Tentang Penghargaan dan Sanksi
a.       Pandangan al-Ghazali
 Menurut al-Ghazali hendaknya para guru memberikan nasehat kepada siswanya dengan kelembutan. Guru di tuntut berperan sabagai orang tua yang dapat merasakan apa yang dirasakan anak didiknya, jika anak memperlihatkan suatu kemajuan, seyogianya guru memuji hasil usaha muridnya, berterima kasih padanya, dan mendukungnya terutama didepan teman-temannya. Guru perlu menempuh prosedur yang berjenjang dalam mendidik dan menghukum anak saat dia melakukan kesalahan. Apabila pada suatu kali anak menylahi perilaku terpuji, selayaknya pendidik tidak membongkar dan membeberkan kesalahan-kesalahannya itu. Mengungkapan rahasianya itu mungkin akan membuatnya semakin berani melanggar. Jika anak mengulangi kesalahan yang sama, tegurlah dengan halus dan tunjukkan urgensi kesalahannya. Beliau juga mengingatkan bahwasanya menegur dan mencela secara berkesinambungan dan mengungkit-ungkit kesalahan yang dilakukannya membuat anak menjadi pembangkang. Sehubungan dengan hal tersebut beliau menegaskan ”Jangan terlampau banyak mencela setiap saat karena perkataan tidak lagi berpengaruh dalam hatinya. Hendaknya guru atau orang tua menjaga kewibawaan nasehatnya.”[4]
b.      Pandangan Ibnu Khaldun
   Ibn Khaldun mengemukakan masalah imbalan dan sanksi di dalam bukunya al-Muqaddimah, beliau tidak menyebutkan selain seorang pendidik harus mengetehui cara pertumbuhan akal manusia yang bertahap hingga ia mampu mensejalankan pertumbuhan itu dengan pengajarannya terhadap anak didik. Ia menasehatkan agar tidak kasar dalam memperlakukan anak didik yang masih kecil, mencubit tubuh dalam pengajaran merusak anak didik, khususnya anak kecil. Perlakuan kasar dan keras terhadap anak kecil dapat menyebabkan kemalasan dan mendorong mereka untuk berbohong serta memalingkan diri dari ilmu dan pengajaran. Oleh karena itu pendidik harus memperlakukan anak didik dengan kelembutan dan kasih sayang serta tegas dalam waktu-waktu yang diutuhkan untuk itu.[5]
c.       Pandangan Ibnu Jama’ah
Pemberian imbalan lebih kuat dan lebih berpengaruh terhadap pendidikan anak dari pada pemberian sanksi. Sanjungan dan pujian guru dapat mendorong siswanya untuk meraih keberhasilan dan prestasi yang lebih baik. Ibnu Jama’ah lebih memprioritaskan imbalan, anggapan baik, pujian dan sanjungan. Hal ini perlu dijelaskan oleh guru bahwa pujian itu disebabkan oleh upaya dan keunggulan siswa tersebut, sehingga siswa dapat memahaminya.  Ibnu Jama’ah sangat menghindar dari penerapan sanksi yang dapat menodai kemuliaan manusia dan merendahkan martabatnya. Jadi sanksi itu merupakan bimbingan dan pengarahan perilaku serta pengendaliannya dengan kasih sayang. Sanksi perlu diberikan dengan landasan pendidikan yang baik dan ketulusan dalam bekerja, bukan berlandaskan kebencian dan kemarahan.[6]
3.      Prinsip-Prinsip Pemberian Penghargaan dan Sanksi
a.       Prinsip-Prinsip Pemberian Penghargaan
Pertama, penilaian didasarkan pada ’perilaku’ bukan ’pelaku’. Untuk membedakan antara ’pelaku’ dan ’perilaku’ memang masih sulit, terutama bagi yang belum terbiasa. Apalagi kebiasaan dan presepsi yang tertanam kuat dalam pola pikir kita yang sering menyamakan kedua hal tersebut. Istilah atau panggilan semacam ’anak shaleh’, anak pintar’ yang menunjukkan sifat ’pelaku’ tidak dijadikan alasan peberian penghargaan karena akan menimbulkan persepsi bahwa predikat ’anak shaleh’ bisa ada dan bisa hilang. Tetapi harus menyebutkan secara langsung perilaku anak yang membuatnya memperoleh hadiah. Jadi komentar seperti ”Kamu dikasih hadiah karena sebulan ini kamu benar-benar jadi anak shaleh”, harus dirubah menjadi ”Kamu diberi hadiah bulan ini karena kerajinan kamu dalam melaksanakan shalat wajib”.[7]
Kedua, pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya. Pemberian hadiah tidak bisa menjadi metode yang dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja. Manakala proses pembiasaan dirasa telah cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri. Maka hal terpenting yang harus dilakukan adalah memberikan pengertian sedini mungkin kepada anak tentang pembatasan ini.[8]
Ketiga, penghargaan berupa perhatian. Alternatif bentuk hadiah yang terbaik bukanlah berupa materi, tetapi berupa perhatian baik verbal maupun fisik. Perhatian verbal bisa berupa komentar-komentar pujian, seperti, ’Subhanallah’, Alhamdulillah’, indah sekali gambarmu’. Sementara hadiah perhatian fisik bisa berupa pelukan, atau acungan jempol.[9]
Keempat, dimusyawarahkan kesepakatannya. Persepsi umum para orang dewasa, kerap menyepelekan dan menganggap konyol celotehan anak. Bahwa anak suka bicara ceplas-ceplos dan mementingkan diri sendiri memanglah benar, tetapi itu bisa diatasi dengan beberapa kiat tertentu. Setiap anak yang ditanya tentang hadiah yang dinginkan, sudah barang tentu akan menyebutkan barang-barang yang ia sukai. Maka disinilah ditunutut kepandaian dan kesabaran seorang guru atau orang tua untuk mendialogkan dan memberi pengertian secara detail sesuai tahapan kemamuan berpikir anak, bahwa tidak semua keinginan kita dapat terpenuhi.[10]
Kelima, distandarkan pada proses, bukan hasil. Banyak orang lupa, bahwa proses jauh lebih penting daripada hasil. Proses pembelajaran, yaitu usaha yang dilakukan anak, adalah merupakan lahan perjuangan yang sebenarnya. Sedangkan hasil yang akan diperoleh nanti tidak bisa dijadikan patokan keberhasilannya. Orang yang cenderung lebih mengutramakan hasil tidak terlalu mempermasalahkan apakah proses pencapaian hasil tersebut dilakukan secara benar atau salah, halal atau haram.[11]
Sebuah contoh bisa dilahat pada sekolah yang membuat buku penilaian terhadap aktifitas shalat para siswa MTs. selama berada di rumah. Pihak sekolah tidak memiliki cara untuk mengetahui kebenaran pengisian buku tersebut. Pihak sekolah tidak merasa penting menilai alur proses yang terjadi dalam menumbuhkan kebiasaan siswanya shalat, tetapi hanya menstandarkan pemberian hadiah pada hasil saja, yaitu bukti yang tertera dalam buku pemantauan shalat tersebut.
b.      Kelebihan dan kekurangan metode pemberian penghargaan
Sebagaimana pendekatan-pendekatan pendidikan lainnya, pendekatan ganjaran juga tidak bisa terlepas dari kelebihan dan kekuranagn. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan bahwa pendekatan ganjaran memiliki banyak kelebihan yang secara umum dapat disebutkan sebagai berikut:
1)      Memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif.
2)      Dapat menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya; baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. Proses ini sangat besar kontribusinya dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.
Di samping mempunyai kelebihan, pendekatan ganjaran juga memiliki kelemahan antara lain:
1)      Dapat menimbulkan dampak negatif apabila guru melakukannya secara berlebihan, sehingga mungkin bisa mengakibatkan murid menjadi merasa bahwa dirinya lebih tinggi dari teman-temannya. Sikap-sikap negatif yang mungkin timbul ini dijelaskan dalam sebuah hadis Nabi SAW bahwa beliau mendengar seorang laki-laki memberi hadiah kepada laki-laki lain, hadiahnya itu berlebih-lebihan. Berdasarkan kejadian itu, maka Nabi SAW bersabda: “Engkau telah berbuat kerusakan di belakang manusia.” (HR. Imam Bukhori). Praktek-praktek lain yang akan membawa akibat negatif juga dianggap tidak baik. Oleh karena itu, guru-guru atau para pendidik diharapkan dapat meninggalkan dari konskuensi yang berat hanya karena pemberian ganjaran kepada anak didiknya.
2)      Umumnya ganjaran membutuhkan alat tertentu dan membutuhkan biaya, dll.
c.       Prinsip-Prinsip Pemberian Sanksi
Pertama, kepercayaan terlebih dahulu kemudian hukuman. Metode terbaik yang tetap harus diprioritaskan adalah memberikan kepercayaan kepada anak. Memberikan kepercayaan kepada anak berarti tidak menyudutkan mereka dengan kesalahan-kesalahannya, tetapi sebaliknya kita memberikan pengakuan bahwa kita yakin mereka tidak berniat melakukan kesalahan tersebut, mereka hanya khilaf atau mendapat pengaruh dari luar.
Memberikan komentar-komentar yang mengandung kepercayaan, harus dilakukan terlebih dahulu ketika anak berbuat kesalahan. Hukuman, baik berupa caci maki, kemarahan maupun hukuman fisik lain, adalah urutan prioritas akhir setelah dilakukan berbagai cara halus dan lembut lainnya untuk memberikan pengertian kepada anak.[12]
Kedua, hukuman distandarkan pada perilaku. Sebagaimana halnya pemberian hadiah yang harus distandarkan pada perilaku, maka demikian halnya hukuman, bahwa hukuman harus berawal dari penilaian terhadap perilaku anak, bukan ’pelaku’ nya. Setiap anak bahkan orang dewasa sekalipun tidak akan pernah mau dicap jelek, meski mereka melakukan suatu kesalahan.
Ketiga, menghukum tanpa emosi. Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi kemarahan. Bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari pemberian hukuman yang menginginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi melakukan kesalahan, menjadi tak efektif.
Kesalahan lain yang sering dilakukan seorang pendidik ketika menghukum anak didiknya dengan emosi, adalah selalu disertai nasehat yang panjang lebar dan terus mengungkit-ungkit kesalahan anak. Dalam kondisi seperti ini sangat tidak efektif jika digunakan untuk memberikan nasehat panjang lebar, sebab anak dalam kondisi emosi sedang labil, sehingga yang ia rasakan bukannya nasehat tetapi kecerewetan dan omelan yang menyakitkan.[13]
Keempat, hukuman sudah disepakati. Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus dimusyawarahkan dan didiologkan terlebih dahulu, maka begitu pula yang harus dilakukan sebelum memberikan hukuman. Adalah suatu pantangan memberikan hukuman kepada anak, dalam keadaan anak tidak menyangka ia akan menerima hukuman, dan ia dalam kondosi yang tidak siap. Mendialogkan peraturan dan hukuman dengan anak, memiliki arti yang sangat besar bagi si anak. Selain kesiapan menerima hukuman ketika melanggar juga suatu pembelajaran untuk menghargai orang lain karena ia dihargai oleh orang tuanya.[14]
Kelima, tahapan pemberian hukuman. Dalam memberikan hukuman tentu harus melalui beberapa tahapan, mulai dari yang teringan hingga akhirnya jadi yang terberat. Untuk itu kita perlu merujuk kepada al-Qur’an, seperti apa konsep tahapan hukuman yang dibicarakan disana. Salah satu jenis kesalahan yang diterangkan secara jelas tahapan hukumannya adalah mengenai istri nusyuz.
Difirmankan Allah dalam surat An-Nisa : 34, "...wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar."
Adapun Ibnu Jama’ah memandang bahwa sanksi kependidikan dapat diberikan dalam empat tahapan. Jika siswa melakukan perilaku yang tidak dapat diterima, guru dapat mengikuti empat tahapan tersebut.
1)      Melarang perbuatan itu didepan siswa yang melakukan kesalahan tanpa menyebutkan namanya.
2)      Jika anak tidak menghentikan, guru dapat melarangnya secara sembunyi-sembunyi, misal dengan isyarat.
3)      Jjika anak tidak juga menghentikannya, guru dapat melarangnya secara tegas dan keras, agar yang dia dan teman-temannya menjauhkan diri dari perbuatan semacam itu.
4)      Jika anak tidak kunjung menhentikannya, guru dapat mengusirnya dan tidak memperdulikannya.[15]
d.      Kelebihan dan Kekurangan metode pemberian sanksi
Pendekatan hukuman dinilai memiliki kelebihan apabila dijalankan dengan benar, yaitu:
1)      Hukuman akan menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan murid.
2)      Murid tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
3)      Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.
Sementara kekurangannya adalah apabila hukuman yang diberikan tidak efektif, maka akan timbul beberapa kelemahan antara lain:
1)      Akan membangkitkan suasana rusuh, takut, dan kurang percaya diri.
2)      Murid akan selalu merasa sempit hati, bersifat pemalas, serta akan menyebabkan ia suka berdusta (karena takut dihukum).
3)      Mengurangi keberanian anak untuk bertindak.
4.      Kesetimbangan Penghargaan dan Sanksi
Segala sesuatu perlu ukuran, perlu kesetimbangan. Yaitu proporsi ukuran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Belum tentu ukuran tersebut harus berbagi sama. Kesetimbangan imbalan dan sanksi pun tidak berarti harus diberikan dalam porsi sama, satu-satu.
Yang akan dipakai sebagai standar kesetimbangan adalah sama seperti standar yang dipergunakan Allah SWT dalam memberikan pahala dan dosa bagi hamba-hambaNya. Seperti kita ketahui, Allah menjanjikan pahala bagi manusia, untuk sekedar sebuah niat berbuat baik. Manakala niat itu diwujudkan dalam bentuk sebuah amal, Allah akan membalasnya dengan pahala yang bukan hanya satu, melainkan berlipat ganda. Sebaliknya, Allah mempersulit pemberian dosa bagi hambaNya. Nita untuk bermaksiat belumlah dicatat sebagai dosa, kecuali niat itu terelaksana, itupun bisa segera Dia hapuskan ketika kita segera beristigfar.
Kesetimbangan inilah yang harus kita teladani dalam memberikan imbalan dan hukuman kepada anak. Kita harus mengutamakan dan mempermudah memberikan penghargaan dan hadiah kepada anak dan meminimalkan pemberian hukuman.[16]
Metode pemberian hukuman adalah cara terakhir yang dilakukan, saat sarana atau metode lain mengalami kegagalan dan tidak mencapai tujuan. Saat itu boleh melakukan penjatuhan sanksi. Dan ketika menjatukan sanksi harus mencari waktu yang tepat serta sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan.[17]
5.      Ketika Hukuman Harus Diberikan
Dalam sebuah haditsnya Rasulullah SAW bersabda :
علَموا الصَبيَ الصلاة ابن سبع سنين واضربوه عليها ابن عشر
Artinya : “Ajarilah anak kecil shalat ketika ia berusia 7 (tujuh) tahun dan pukullah ia bila enggan shalat ketika berusia 10 (sepuluh) tahun.”

Dalam hadits ini rasulullah SAW menyampaikan nasehat, yang didalamnya terkandung cara mendidik anak yang dilandasi kasih sayang, dan menomor duakan hukuman. Artinya, rasulullah SAW sama sekali tidak menganjurkan menghukum anak yang belum pernah diajari dan dibiasakan.
Andai pun seorang pendidik harus menjatuhkan hukuman, itu harus diduhului dengan pembiasaan, pengajaran dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan kasih sayang dalam rentan waktu 3 (tiga) tahun. 3 (tahun) adalah waktu yang sudah cukup panjang untuk mendidik kebiasaan shalat anak, sehingga sangat wajar jika diberi hukuman setelah 3 (tiga) tahun pembiasaan tersebut. Sekali lagi proses pengajaran dan pembiasaannya makan waktu 3 (tiga) tahun.[18]
D.    Kesimpulan
Karena pengajaran merupakan aktivitas kependidikan, maka pendidik atau guru harus memberikan yang terbaik untuk memotivasi setiap anak didiknya dengan memilih metode yang berguna. Di samping itu pendidik boleh saja mempergunakan ganjaran dan hukuman sebagai kekuatan-kekuatan yang memberi motivasi. Fitrah manusia yang baik masyarakat lebih utamanya ganjaran ketimbang hukuman. Kedudukan pendidik Muslim yang tinggi ini menjadikan ganjaran lebih menarik perhatian. Ketika hukuman itu dilakukan dalam kesempatan-kesempatan, kiranya harus dihubungkan dengan tujuan-tujuan pendidikan. Adanya asas hukuman jasmani tidak diletakkan sebagai alasan untuk mempergunakan metode hukuman badaniah dengan tanpa pandang bulu. Nabi SAW bersabda, “Allah cinta kepada orang-orang yang berbuat baik dan lemah lembut dalam segala hal.” Maka tidak diragukan lagi, bahwa pendidikan merupakan salah satu hal yang cinta akan kebajikan dan kelembutan.
Oleh karena itu setiap pendidik hendaknya memperhatikan beberapa syarat dalam pemberian hukuman, yaitu mengandung makna edukasi, harus tetap dalam jalinan cinta kasih, dan sayang harus menimbulkan keinsyafan dan penyesalan bagi anak didik, diikutkan dengan pemberian maaf dan harapan serta kepercayaan kepada anak didik.





Referensi

Ahmad Ali Budiwi, Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, Gema Insani Press, Jakarta, 2002
Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak: Panduan Mendidik Anak Dari Masa Kandungan Hingga Dewasa, Darul Haq, Jakarta, 2004
Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah. yang dikutip dari Fathiyyah Hasan Sulaiman, Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan, Minaret, Jakarta, 1991
Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak, Pustaka Inti, Jakarta, 2002
Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah & Hukuman, Pustaka Inti, Jakarta, 2003
Irawati Istadi, Mendidik Dengan Cinta, Pustaka Inti, Jakarta, 2002.
Riwayat Attubani ”Metode Mendidik Akhlak Anak” diakses pada 16 juli 2009 dari http://riwayat .wordpress.com


[1] Riwayat Attubani ”Metode Mendidik Akhlak Anak” diakses pada 16 juli 2009 dari http://riwayat .wordpress.com
[2] Ahmad Ali Budiwi, Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, Gema Insani Press, Jakarta, 2002 hlm. 4
[3] Ahmad Ali Budiwi, Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, hlm. 8
[4] Ibid . hlm. 24-26
[5] Ibnu Khaldun, al-Muqaddimah. yang dikutip dari Fathiyyah Hasan Sulaiman, Ibnu Khaldun Tentang Pendidikan, Minaret, Jakarta, 1991 hlm. 97-98
[6] Ahmad Ali Budiwi, Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, hlm.26-28
[7] Irawati Istadi, Istimewakan Setiap Anak, Pustaka Inti, Jakarta, 2002 hlm. 49
[8] Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah & Hukuman, Pustaka Inti, Jakarta, 2003 hlm. 29
[9] Ibid. hlm. 33
[10] Ibid.  hlm. 43
[11] Ibid. hlm. 41
[12] Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah & Hukuman. hlm. 66-71
[13] Ibid. hlm. 76-77
[14] Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah & Hukuman. hlm. 79-80
[15] Ali Budiwi, Imbalan dan Hukuman: Pengaruhnya bagi Pendidikan Anak, hlm. 27
[16] Irawati Istadi, Prinsip-Prinsip Pemberian Hadiah & Hukuman, Pustaka Inti, Jakarta, 2003 hlm. 9
[17] Al-Maghribi bin as-Said al-Maghribi, Begini Seharusnya Mendidik Anak: Panduan Mendidik Anak Dari Masa Kandungan Hingga Dewasa, Darul Haq, Jakarta, 2004 hlm. 387
[18] Irawati Istadi, Mendidik Dengan Cinta, Pustaka Inti, Jakarta, 2002. hlm.91-92